INDONNESIANEWS (Jakarta)–Tren konsumsi tempe ikut dirasakan sampai ke Amerika.
Melansir VOA Indonesia, hal itu karena beberapa anggota diaspora Indonesia membuka usaha sebagai pengusaha tempe di Amerika.
Bisnis tempe dinilai menjanjikan terutama di Amerika, yang banyak warganya ingin berpaling dari daging ke sumber protein berbasis tanaman (nabati) atau bahkan menjadi vegan dan vegetarian.
Sehingga, banyak anggota diaspora Indonesia yang terjun ke bisnis produksi tempe.
Adapun dua pasang diaspora Indonesia di kota Somersworth, New Hampshire di kawasan Timur Laut Amerika yang menekuni bisnis tempe ini.
Mereka bernama Daniel Kurnianto bersama istrinya Meylia Tio, dan Octavianus Asoka bersama istrinya Aristiya Dwiyanti.
Diketahui, Daniel dan Meylia adalah pelopor bisnis ini, yang konon dimulai secara kebetulan karena kerinduan mereka akan tempe dengan cita rasa otentik Indonesia.
Sehingga, Daniel yang merupakan insinyur desain otomasi laboratorium, dan Meylia yang bergelar Master bidang pendidikan tinggi, terus mencoba resep dan melakukan berbagai percobaan.
Lalu, usaha mereka tidak sia-sia karena formula yang pas untuk tempe dengan warna, rasa, aroma dan tekstur seperti yang biasa ditemukan di pasar-pasar di Indonesia.
Akhirnya, tempe dengan merek BOSTempeh, singkatan dari “Boston tempeh” (“tempe Boston”) berhasi; diproduksi di kota Boston, Massachusetts.
“Awalnya kenapa bikin itu karena partner saya yang mulai, namanya Daniel dan Meylia. Mereka cari tempe di US cuma yang rasanya lokal itu tidak ada. Jadi mereka kalau beli di supermarket adanya yang rasanya rada pahit. Jadi mereka coba belajar bikin sendiri dan membikin alat-alatnya sendiri, terus resepnya sendiri, dan belajar dari Indonesia juga. Akhirnya ya tambah besar saja, terus mulai mencoba mass produce. Jadi tahun 2020 kami bantu mereka buat mass produce (produksi dalam jumlah besar),” ujar Octavianus.
Aristiya Dwiyanti pun menyebut kalau bisnis ini sukses di Amerika.
“Kalau kita lihat di market sekarang, tren untuk vegan atau vegetarian itu semakin tahun trennya memang semakin naik. Jadi, ada data juga yang memperlihatkan kalau konsumsi tahu tempe itu setiap tahun memang semakin naik. Nah, karena itu, kita lihat ini kesempatan yang bagus untuk tempe Indonesia bisa masuk pasar Amerika. Prospek jangka panjangnya yang bagus,” katanya.
Adapun, Di kawasan Barat Tengah Amerika, di kota kecil Greensburg di Indiana berdiri sebuah pabrik tempe yang diprakarsai oleh seorang diaspora Indonesia Mayasari Effendi bersama suaminya Richard Mays.
Alasannya, karena Maya rindu dengan tempe. Jauh sebelum membuka restorannya. Maya juga memasukkan tempe dalam daftar menu restorannya.
Kini, banyak orang di Greensburg yang sebelumnya asing dengan tempe dan selama hidup terbiasa dengan steak akhirnya bersedia mencoba hidangan tempe yang ditawarkan dalam berbagai sajian.
“Sebagian warga bahkan bahkan jatuh cinta dengan sumber protein nabati luar biasa yang penuh nutrisi itu,” ucap Maya.
“Kami mulai buka restoran tahun 2012. Nah, dari situ juga sudah mulai ada di tempe, cuma orang-orang masih pada takut di daerah karena kan daerah sini itu jauh dari mana-mana. Orang sini kebanyakan makannya steak dan potatoes (kentang),
tapi tahu-tahu ada restoran Indonesia, ada tempenya. Tapi mulai 7 tahun yang lalu, orang-orang sudah mulai kenal tempe, dan makin populer itu setelah 5 tahun belakangan saja. Tadinya kami cuma bikin untuk di restoran saja, tapi lama-lama kok jadi makin banyak peminat. Akhirnya suami saya mutusin buka ruagan untuk tempe, tapi tidak cukup juga. Akhirnya kami buka pabrik,” tambahnya.
Maya berharap permintaan tempe terus meningkat.
“Pasar tempe di Amerika sama yang di Indonesia, pasar Amerika juga besar. Bedanya itu wilayah-wilayahnya saja, wilayah mana yang sudah kenal tempe, dan kebetulan saya di Midwest pembuat tempe itu kan tidak banyak. Sekarang di Indiana baru saya yang saya tahu. Jadi pasar saya lebih besar dibanding dengan pengrajin-pengrajin tempe yang ada di East Cost atau di West Cost di mana banyak orang Indonesia,” tuturnya.
Dia juga tidak khawatir dengan persaingan bisnis tempenya.
Setelah itu, ada juga di wilayah Barat Daya Amerika, di kota Houston, Texas, seorang diaspora Indonesia juga merintis bisnis tempe.
Xenia Tombokan datang ke Amerika pada tahun 1999 untuk belajar di University of Wisconsin untuk gelar Sarjana bidang teknik kimia dan kemudian meneruskan di North Carolina State University di Raleigh untuk gelar Master dalam bidang yang sama.
Usai bekerja di suatu perusahaan minyak dan gas di Texas, Xenia memutuskan untuk menekuni bisnis tempe dan mendirikan pabriknya pada tahun 2019.
Xenia memberi nama produk tempenya Wiwas Tempeh. Bahkan, kini bisa ditemukan di rak-rak jaringan supermarket besar maupun toko-toko Asia tidak hanya di Texas.
Tak hanya itu, produk tempenya sudah merambah sampai ke negara bagian Louisiana dan California.
Di mana Wiwas Tempeh ini memperkenalkan cita rasa tempe asli Indonesia.
Serta sekaligus membantu masyarakat meningkatkan kualitas hidup dengan memasukkan tempe ke dalam daftar menu makanan sehari-hari. (Sumber oke zone/Oe)
Komentar