INDONNESIANEWS (Klaten)–Sebanyak 70 tumpeng dan 5 gunungan diarak dalam Karnaval Budaya Gerebeg Pasar Tradisional, di Pasar Masaran Cawas Klaten, Sabtu (5-8-2023) lalu
Kegiatan yang diadakan Paguyuban Warung Wengi (Wangi) itu diadakan untuk menyambut HUT RI ke-78 dan juga memeriahkan tahun baru Islam 1 Muharam.
Acara tersebut di mulai pukui 13.30 WIB oleh camat Cawas Muh Prihadi dengan pengibaran bendera star dari depan Pasar Masaran.
Ada dibarisan depan yakni mahasiswa dan pemuda yang membawa umbul-umbul. Selanjutnya barisan warga Cawas yang menjadi Pakoso atau prajurit di Keraton Surakarta. Dilanjutkan mobil yang membawa 2 buah gunungan buah-buahan, sayur dan makanan ringan (Snack) dari staf dan karyawan pasar Masaran Cawas Klaten. Lalu ada juga perkumpulan masyarakat pecinta sepeda lawas.
Barisan dibelakang yakni kelompok dramb black dari ibu-ibu warga Cawas. Yang menarik bahwa dalam kelompok ini selain seluruh anggotanya adalah ibu-ibu, alat musiknya di dominasi oleh kaleng yang diikatkan dipinggang hingga menyerupai dramb seperti pada musik dramband.
Namun meskipun di dominasi alat musik dari kaleng namun suaranya cukup bagus dan menyita perhatian masyarakat sepanjang rute yang dilalui peserta kirab budaya.
Kirab itu juga diikuti kelompok keagamaan, anggota KPU, dan ditutup kelompok kesenian reog Ponorogo.
Setelah sekitar 1,5 jam melalui jalan-jalan jalan di Kecamatan Cawas, peserta tiba kembali di lokasi dipusatkannya kegiatan depan pasar Masaran Cawas Klaten.
Kegiatan itu juga dihadiri Bupati Klaten Sri Mulyani, sesaat setelah seluruh peserta tiba. Pertunjukan tari-tarian kreasi baru oleh anak-anak diperlihatkan didepan orang nomor 1 di Klaten itu.
Dalam kegiatan yang sudah untuk ke 8 kali digelar itu terdapat insiden kecil ketika sejumlah masyarakat yang tidak sabar berusaha mengambil buah-buahan dan makanan pada gunungan. Seorang petugas terlihat mengamuk dan mengusir warga agar menjauh dari gunungan sebab belum waktunya di bagikan.
Sementara itu dalam sambutannya Sri Mulyani mendukung kegiatan tersebut. Ia berharap dengan kegiatan itu bisa melestarikan budaya adiluhung dan meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.
Setelah sambutan dilanjutkan doa. Setelah doa warga yang memang tidak sabar langsung menyerbu puluhan tumpeng dan gunungan. Tidak sampai 15 menit seluruh buah-buahan, sayuran dan makanan kecil ludes tak bersisa. (Oe)
Komentar