oleh

Meriah Kirab Malam 1 Syuro di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Dipimpin 5 Ekor Kerbau Keturunan Kyai Slamet

INDONNESIANEWS (Solo)–Menyambut malam 1 Suro Jimawal 1957, Keraton Kasunanan Surakarta, menggelar Kirab Pusaka dengan cucuk lampah lima ekor Kerbau keturunan Kyai Slamet, Rabu (19-7-2023) malam.

Tanda-tanda akan dimulainya Kirab Pusaka ditandai kedatangan 5 ekor kerbau bule bule keturunan Kyai Slamet dari kandangnya di alun-alun selatan di halaman Keraton Kasunanan Surakarta sekitar pukul 23.30 WIB.

Secara hampir bersamaan juga pintu utama Keraton Kamandungan terbuka lebar. Ribuan masyarakat yang melihat kehadiran kerbau dewasa berwarna kemerahan itu langsung mengabadikan menggunakan kamera di HP mereka masing-masing.

Mendekati pukul 00 barisan terdepan abdi dalem dengan membawa lampu ting keluar dari dalam keraton melalui Kamandungan dan bersiap-siap untuk memulai acara kirab mubeng kompleks Keraton Surakarta.

Tepat di jam pergantian hari lonceng di Keraton berdentang beberapa kali. Saat itulah kirab 1 syuro dimulai dengan pemimpin kirab 5 Ekor keturunan kerbau bule dewasa. Kerbau milik keraton Solo yang telah berusia puluhan bahkan ada yang telah seratusan tahun itu berjalan menuju pintu keluar utama Keraton.

Untuk melancarkan kegiatan rutin setiap tahun tersebut ratusan anggota pencak silat dikerahkan sepanjang lokasi yang dilalui.

Rute yang di lewati peserta kirab malam 1 syuro dari keraton Solo melalui urang Supit, bundaran Gladag, Beteng Vastenburg, jalan kapten Mulyadi, jalan Veteran, Jalan Yos Sudarso, jalan Slamet Riyadi, bundaran Gladag dan kembali ke Keraton Surakarta.

Sepanjang jalan yang di lalui ribuan warga memadati kanan-kiri jalan. Mereka berdesakan untuk melihat terutama kerbau keturunan Kyai Slamet dan peserta kirab yang membawa sejumlah benda pusaka berupa tombak.

Panjang iring-iringan peserta kirab 1 syuro Keraton Surakarta itu mencapai 400 meter. Yang unik selain berpakaian adat Jawa lengkap beskap, bawahan kain jarik, blangkon, Samir, peserta kirab tidak memakai alas kaki seperti sepatu atau sandal dan tidak bicara sepanjang perjalanan.

Perjalanan kirab 1 syuro sendiri semua tergantung kerbau bule. Sebab namanya juga binatang terkadang mereka berhenti lama ditengah perjalanan. Contohnya seperti saat tiba di perempatan Gading Pasar Kliwon, 5 ekor kerbau bule tiba-tiba berhenti. Tidak hanya sebentar tapi cukup lama hingga 15 menit.

Hak itu membuat pawang kerbau meminta warga lebih menepi dari jalan raya dan meminta tidak memakai lampu saat memoto kerbau bule keturunan Kyai Slamet.

Setelah cukup lama kerbau berjalan kembali untuk melalui rute-rute yang telah ditetapkan. Ketika jam menunjukkan pukul 1.45 dinihari kerbau bule baru tiba di bundaran Gladag untuk kembali ke Keraton Surakarta.

Bagi masyarakat Jawa terutama generasi tua, ada memiliki kepercayaan tersendiri terkait 1 Syuro. Diantara mereka percaya berbagai pernik seperti janur yang menghiasi bagian depan Keraton bisa memberikan rezeki apabila di simpan. Atau apabila mereka mendapatkan kotoran kerbau keturunan Kyai Slamet apabila diletakkan di sawah/ladang akan membuat hasil tanaman menjadi baik karena itu tidak heran banyak dari masyarakat yang berebut untuk mendapatkannya.

Seperti di sampaikan bapak Tukiyo warga Desa Bulu Sukoharjo. Meskipun harus berjalan kaki mulai pukul 3 sore dari rumahnya yang berjarak 50 Kilometer itu dilakukan agar bisa mendapatkan pernik malam 1 Syuro di Keraton Surakarta.

“Saya setiap tahun datang di acara 1 syuro untuk dapat pernik 1 syuro, biar hidup makmur dan sehat” ujarnya

Hal serupa di sampaikan ibu Tati warga Purwodadi Grobogan. Ia mengaku datang bersama suami dan anak untuk menyaksikan kirab 1 syuro, “Ya supaya diberikan kemuliaan hidup datang semoga dapat pernik 1 syuro” paparnya. (Oe)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *