INDONNESIANEWS (Solo)–Karaton Kasunanan Surakarta, menggelar acara naik tahta atau Tingalandalem Jumengan ke 21 Sri Susuhunan Pakubuwana XIII (PB XIII) sebagai Raja Keraton Solo. di Sasono Sewaka, Karatan Surakarta, Sabtu (25-1-2025).
Sejumlah Raja-raja dari Kerajaan Nusantara dan tamu penting dari berbagai wilayah tanah air hadiri di acara yang berdasarkan penanggalan Jawa jatuh pada Sabtu, 27 Rejeb JE 1958.
Adanya acara di Karaton Surakarta terlihat jelas dari hiasan penjor dari daun kelapa muda (janur) yang menghias bagian depan Karaton Surakarta. Selain itu ditandai kehadiran ribuan abdi dalem berpakaian adat Jawa lengkap, beskap dan blangkon.
Untuk bisa masuk ke dalam Keraton Surakarta, petugas internal Keraton dan panitia memeriksa kelengkapan seperti tanda masuk, seragam adat yang dikenakan khususnya bagi abdi dalem. Sejumlah abdi daleme wanita bahkan terlihat tidak diperkenankan masuk lebih dalam ke tempat digelarnya Tingalandalem Jumenengan PB XIIi karena tidak mengenakan sanggul pada rambutnya.
Didalam lokasi acara tanda-tanda dimulai Tingalandalem Jumengan PB XIII dengan munculnya pasukan penabuh musik tradisional dari sisi selatan Keraton. Dengan kompak mereka membawakan musik khas yang biasa diperdengarkan disetiap acara-acara khusus yang digelar Karaton Surakarta.
Beberapa saat kemudian PB XIII Hangabehi dan permaisuri sertai putra mahkota muncul dari bagian dalam Sasono Sewaka, dan duduk di kursi singgasana yang telah disiapkan.
Tidak lama setelah itu muncul 9 penari yang semuanya wanita yang akan membawakan tari sakral Bedoyo ketawang. Para penari itu selanjutnya dengan pakaian khas dan gerakan lemah gemulai mulai membawakan tarian yang diciptakan oleh Sultan Agung Prabhu Hanyakrakusuma,
Tarian yang dibawakan sekitar 2 jam itu secara umum dipahami sebagai hubungan pernikahan antara Panembahan Senapati dengan Kanjeng Ratu Kidul. Semua kisah itu diwujudkan dalam gerakan tarian. Adapun kata-kata yang terkandung dalam tembang pengiringnya menggambarkan curahan hati Kanjeng Ratu Kidul kepada Panembahan Senapati. Menurut kepercayaan masyarakat, setiap pertunjukan tari Bedhaya Ketawang akan menghadirkan Kanjeng Ratu Kidul yang ikut serta menari.
Setelah berakhirnya tari Bedhaya Ketawang yang merupakan kegiatan inti, tamu undangan berkesempatan bersalaman dan foto bersama PB XIII, permaisuri dan raja mahkota’.
Menurut seorang Pengageng Parentah Karaton Surakarta, KP Edy Wirabhumi, Tingalandalem Jumengan PB XIII, merupakan kegiatan rutin dari tahun ke tahun yang digelar Karaton Surakarta, untuk memperingati naik tahta PB XIII yang ke 21 di tahun 2025.
Selain kegiatan tradisi Jumengan PB XIII yang dipusatkan di Sasono Sewaka, kata KP Edy Wirabhumi juga digelar Kirab yang diikuti PB XIII, dengan menaiki kereta kencana di hari Minggu (26-1-2025) pagi, di ikut kerabat keraton, raja Nusantara dan ribuan abdi dalem Karatan Surakarta.
“Rangkaian kegiatan itu untuk memberikan nuansa kebudayaan yang lebih kental kepada Karaton Surakarta, kota Solo Jawa Tengah, karena ini memang pusat budaya di Jawa,” ujarnya.
Kegiatan ini tambah dia diharapkan memberikan kontribusi positif kepada bangsa dan negara dalam rangka persatuan dan kebersamaan, serta meningkatkan pariwisata dan ekonomi di Kota Solo.
Sementara itu kegiatan Tingalandalem Jumengan PB XIII dimata Sultan Kesultanan Kepaksian Sekala Brak, Edward Syah Pernong, yang hadir langsung di acara tersebut istimewa atau sakral karena merupakan kegiatan Jumenengan PB XIII yang ke 21.
Karena setelah mencapai 21 seorang raja diharapkan dalam proses akselerasi. “Tadi kita melihat Sinuhun sehat, tadi malam kita ketemu ngobrol. Keraton Surakarta ini akan menjadi inspirasi dan panutan kenapa salah satu icon nasional, Karaton Surakarta ini telah begitu kuat komitmen menjaga kelestarian dan budaya,” ujarnya.
Hal itu tambah Edward Syah Pernong terlihat dari begitu terjaganya tradisi di Karaton Surakarta Hadiningrat. “Saya mewakili para Raja-raja Dewan Majelis Nusantara menyampaikan apresiasi dan hormat atas komitmen dari Karaton Surakarta Hadiningrat,” tuturnya. (Oe)