oleh

Guru SDN 1 Randusari, Slogohimo, Wonogiri, Belajar Membatik Untuk di Tularkan ke Siswa

INDONNESIANEWS (Solo)–Memanfaatkan libur panjang nataru, sejumlah guru di SDN 1 Randusari, kecamatan Slogohimo, kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, mengikuti kegiatan belajar membatik di Batik Mahkota Laweyan, Solo, Kamis (2-1-2025).

Nantinya kegiatan mereka akan dijadikan kegiatan ekstrakurikuler kepada anak didik tempat mengabdi sehingga siswa diharapkan memiliki pengetahuan dan kemampuan membatik.

Ada empat guru SDN 1 Randusari, Slogohimo, Wonogiri, yang mengikuti kegiatan belajar membatik, masing-masing Tri Kurniasih, kepala sekolah, sekaligus koordinator acara, lalu Ida, Sawitri dan Wulan, semuanya sebagai guru.

Menurut Tri Kurniasih, kegiatan belajar membatik itu memiliki tujuan yakni untuk membekali dan memberikan pengalaman membatik bagi para guru, sehingga nantinya ilmu yang diperoleh bisa ditukarkan kepada anak didik di SDN 1 Randusari, Slogohimo, Wonogiri.

Di Batik Mahkota Ratu, kata dia mereka dibimbing oleh mentor yang telah piawai atau berpengalaman dalam dunia batik membatik. “Kami diajari mulai menggambar sketsa di kanvas, lalu memakai alat (canting) untuk membatik menggunakan cairan malam sehingga gambar sketsa terlihat lebih jelas, dan menarik,” ujarnya.

Di SDN 1 Randusari, tambah Tri Kurniasih, sebenarnya sudah ada kegiatan ekstrakurikuler membatik untuk siswa terapi yang baru berjalan batik ecoprint, batik yang dibuat dengan menggunakan bahan-bahan alami, seperti dedaunan dan bunga, sebagai pewarna. Dan itu pun dipelajari melalui YouTube, sehingga hasilnya belum maksimal.

“Jadi kami bermaksud mencari ilmu, belajar kepada ahlinya langsung. Kareba kalau tidak langsung ke ahlinya bisa tersesat,” tuturnya terkekeh.

Di Batik Mahkota Laweyan, kata Tri Kurniasih lagi, para guru belajar batik tulis, selanjutnya batik cap. “Sebenarnya kami dari sekolah, angan-angan saya suatu saat nanti itu sekolah tempat mengabdi memiliki branding sekolah dari kegiatan membatik. Anak-anak tidak hanya sekedar belajar tapi memiliki ketrampilan salah satunya membatik. Nanti tindak lanjutnya adalah menggunakan pewarna-pewarna alami yanj memiliki wilayah disana untuk digunakan sebagai pewarna batik,” kata dia.

Jumlah siswa SDN 1 Randusari, saat ini sebanyak 122 orang anak dan memiliki seragam batik namun membeli, sehingga berharap seragam batik yang dipakai disekolah baik siswa hingga guru, menggunakan batik produk buatan atau karya siswa. “Seragam batik itukan kita beli pinginnya itu yang kita pakai ke sekolah seragamnya anak-anak, bapak ibu guru disana itu menggunakan produk dari anak-anak sendiri,” tegas Tri Kurniasih.

Untuk tahap awal guru SDN 1 Randusari, yang belajar mengambil waktu 1 hari, untuk selanjutnya akan dievaluasi, terkait apa yang perlu ditekuni lebih lanjut untuk dilakukan pembinaan lebih khusus lagi. “Tadi sudah komunikasi dengan pak alpha (Owner Batik Mahkota-red) untuk bisa di undang ke sekolah,” ujarnya

Di era kurikulum merdeka kata Tri Kurniasih, siswa tidak hanya dari sisi akademik saja yang diunggulkan tetapi dari berbagai sisi, sisi akademik dan non akademik. Dan pihak sekolah berusaha mengembangkan bakat, minat anak untuk menemukan potensi yang sebenarnya dimiliki siswa untuk dikembangkan kedepannya.

Di SDN 1 Randusari, Slogohimo, Wonogiri, saat ini memiliki 10 kegiatan ekstrakurikuler selain batik, diantaranya drumband, menggambar, menari, pencak silat, bola voli, komputer dan lainnya. (Oe)