INDONNESIANEWS (Sukoharjo)–Lama tidak ada kegiatan dan peralatan Gamelan menjadi mangkrak akibat Pandemi virus Corona, warga pecinta seni dan budaya di desa Gedangan Grogol Sukoharjo, akan menghidupkan kembali kesenian Karawitan di desa tersebut.
Selain untuk melestarikan budaya, kegiatan tersebut untuk mendukung minat generasi muda yang memiliki ketertarikan khususnya di seni Karawitan.
Menurut seorang tokoh warga Gedangan, Mardiyono, rencananya lounching latihan Karawitan akan dilakukan Rabu (20-9-2023) malam mendatang, dengan di hadiri camat Grogol, Sukoharjo, Herdis Kurnia Wijaya, di Kantor desa Gedangan
Selain Karawitan, kata dia juga akan dilakukan pelatihan MC berbahasa Jawa atau Pambyoworo dan pelatihan tata cara melakukan sambutan berbahasa Jawa atau Pamedhar Sabdo.
Kembali eksisnya Karawitan di desa tersebut kata Mardiyanto, tidak lepas dari vakumnya latihan Gamelan akibat adanya pembatasan berkumpul dari warga masyarakat di Indonesia termasuk di desa Gedangan akibat adanya pandemi Covid-19.
Sehingga setelah kondisi aman dan Pemerintah telah mencabut status pandemi menjadi endemi Covid-19, pecinta seni di desa tersebut kembali berusaha menghidupkan seni Karawitan yang sudah ada sejak tahun 2000.
“Seni Karawitan di sini (Gedangan) sudah ada sejak tahun 2000 awal, saat lurah bapak Sutarjo. Gamelan ini peninggalan beliau,” ujarnya.
Nantinya tambah dia akan ada 2 Karawitan di tempat tersebut, Karawitan pertama, kelompok Laras Manungal dengan anggota tua (sepuh) yang pernah latihan, dan kelompok Pamudi Laras, beranggota pemula atau orang-orang baru.
Menurut Mardiyono, nantinya 2 kelompok karawitan tersebut akan melakukan latihan 2 kali dalam seminggu. Dan agar tidak bertabrakan akan dibuat jadwal latihan berbeda. “Untuk yang tua latihan Selasa malam, pemula Jumat malam. Untuk alat (Gamelan) sama,” tuturnya.
Sejauh ini kata Mardiyanto untuk yang pemula sudah ada yang mendaftar dan ia optimis dari jumlah minimal 10-12 orang bagi sebuah kelompok Karawitan bisa terpenuhi.
Sementara untuk sinden Karawitan (Gending); kata Mardiyono lagi, untuk Sinden Gending pihaknya akan mendatangkan sinden dari Klaten, sedangkan kalau sinden campursari diambil dari warga sekitar.
“Sebenarnya juga sudah ditawari dari ISI Solo untuk dibantu sindennnya. Bisa Ngajukan suratnya,” paparnya.
Karawitan kedepan kata Mardiyono, diharapkan bisa diminati semua kalangan baik tua dan muda. Ia berharap bisa mengubah persepsi khalayak terkait Karawitan itu sendiri yang seolah identik dengan Gending (halus) saja. “Persepsi orang gamelan halus-halus tapi bagi saya bisa dikreasi dengan perkembangan zaman sekarang. Bisa dibuat Sragenan, dangdutan itu bisa. Biar anak muda bisa menikmati dengan zaman sekarang,” papar Mardiyono.
Menurut Ketua BPD desa Gedangan ini, selain Karawitan, juga akan dilounching untuk pelatihan untuk MC berbahasa Jawa (Pambyoworo) dan pemberian Sambutan berbahasa Jawa (Pamedhar Sabdo).
Untuk Pambyoworo dan Pamedhan Sabdo, juga menjadi prioritas sebab 2 profesi tersebut langka atau jarang yang menguasai. “Di Desa Gedangan sendiri hanya ada 5 orang yang menguasai bidang tersebut,” kata Mardiyono.
Untuk pelatih Pambyoworo dan Pamedhar Sabdo akan dilatih seorang warga setempat, yakni Sarto, yang merupakan lulusan Pawiyataan Keraton Surakarta. “Beliau sudah sangat menguasai apalagi dari Pawiyatan Keraton Surakarta,” tegasnya. (Oe)
Komentar