INDONNESIANEWS (Solo)–Memeriahkan Hari Raya Iedul Fitri 1446-H, Keraton Surakarta Hadiningrat menggelar tradisi Gerebeg Poso, di Masjid Agung Surakarta, Selasa (1-4-2025).
Dalam tradisi tersebut Keraton Surakarta Hadiningrat mengeluarkan sepasang gunungan jaler dan estri.
Acara di mulai pukul 10.30 WIB dari rencana awal pukul 10.00 WIB, di tandai terbukanya pintu utama Kamandungan Keraton Surakarta Hadiningrat.
Tidak lama kemudian keluar atau muncul barisan pengageng dan abdi dalem Keraton Surakarta berpakaian adat jawa lengkap, baju beskap, bawahan kain jarik, blangkon dan keris di belakang pinggang.
Setelah itu disusul pasukan dram band. Dalam barusan ini selain terdapat pasukan khusus pembawa alat musik yang bertugas menabuh alat musik selama berlangsungnya arak-arakan, di bagian depan pasukan penabuh musik terdapat sejumlah pasukan inti (elit) keraton yang membawa senjata berupa tombak dan pedang di pinggang.
Berikutnya adalah abdi dalem yang menggotong sepasang gunungan jaler (laki-laki) dan estri (perempuan) yang berjalan beriringan.
Gunungan Jaler (laki-laki) merupakan kelompok sesaji yang berisi aneka hasil palawija dan sayur-mayur, terdiri dari berbagai hasil bumi seperti kacang panjang, wortel, cabe merah besar, terong, telor, ceme (gambas atau oyong).
Sedangkan Gunungan Estri (perempuan); merupakan gunungan yang berbentuk seperti kerucut terbalik, di bagian atasnya dibentuk kerucut yang melebar atau tumpul. Bentuk gunungan estri di bagian atas (mustaka) menyerupai gunungan dalam wayang, yang di sekitarnya dihiasi dengan ilat-ilatan yang berjumlah 60 buah.
Setelah keluar dari pintu masuk utama Keraton, iring-iringan tradisi Grebeg Poso melalui Sitinggil, alun-alun Utara dan masuk ke Kompleks Masjid Agung Surakarta.
Sesampai di masjid sepasang gunungan di letakkan di halaman masjid. Sementara sejumlah kotak kayu (jodang) berisi nasi di bawa masuk ke serambi Masjid Agung Surakarta untuk di doakan
Acara tradisi gerebeg Poso di serambi di pimpin oleh penghulu tafsir anom Kanjeng Raden Aryo tumenggung (KRAT) Pujonegoro Muhtarom.
Yang menarik belum juga selesai doa di panjatkan namun pengunjung telah berebut gunungan jaler. Suasana menjadi riuh rendah oleh pengunjung yang berebut isi gunungan. Tidak sampai 5 menit seluruh isian gunungan jaler berupa palawija dan sayur mayur habis tak bersisa.
Sementara gunungan Estri di bawa kembali untuk di bagikan kepada abdi dalem dan masyarakat di halaman Keraton Surakarta Hadiningrat.
Menurut Pengageng Sasono Wilopo Keraton Surakarta, KPH Dani Nur Adi Nugroho, kegiatan Paruden Gerebeg Poso Jimahal 1957 M, digejar sebagai ungkapan kemenangan atau rasa sukur dari Sinuhun, dari Karaton Surakarta atas anugerah yang diberikan Allah SWT selesainya bulan puasa, dan puncaknya adalah gerebeg Poso. “Jadi ini simbol kemenangan di hari Fitri. Ini isinya (gunungan)-red ada makanan, dan buah-buahan sebagai tanda syukur sinuhun Karaton Surakarta atas berkah anugrah dari Allah SWT,”: ujarnya.
Sementara makanan dan buah-buahan dalam gunungan, sebagai tanda Alloh melimpahkan rezeki yang barokah.
Raut gembira tergambar dari pengunjung yang berhasil mendapatkan isian gunungan.
Seperti di sampaikan Prihatin (55) warga Makam Bergolo, Serengan, Solo, yang mendapatkan telur dan sayuran mengatakan setiap tahun datang untuk menyaksikan tradisi gunungan Poso.
“Senang dapat makanan. Tapi ga tau mau diapakan,” ujarnya.
Sementara Joko, warga serengan Solo, juga mengaku senang bisa mendapatkan makanan dalam gunungan.
Dalam rebutan itu, Ia mendapatkan potongan tebu hitam, cabe, kacang panjang dan telur asin. “Mau di simpan untuk kenang-kenangan sementara kacang panjang dan cabe akan di masak serta bumbu, masak” ujarnya.
Ada 3 macan tradisi gerebeg yang biasa di gelar di Keraton Surakarta yakni gerebeg Sekaten, Grebeg Poso dan grebeg besar yang di gelar saat hari raya Idul Adha. “Ketiganya di gelar sebagai tanda syukur kepada sinuhun kepada Alloh SWT. (Oe)