LDA Keraton Surakarta Gelar Tradisi Malam Selikuran Puasa

oleh

INDONNESIANEWS (Solo)–Menyambut puasa hari ke 21, Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, menggejala tradisi malam selikuran di Masjid Agung, Keraton Surakarta, Kamis (20-3-2025) malam.

Dalam acara yang bertujuan untuk melestarikan budaya Jawa, LDA Keraton Surakarta, membagikan sebanyak 2000 nasi berkah (tumpeng kecil) kepada abdi dalem, jemaah masjid dan masyarakat.

Acara tradisi yang digelar memasuki hari ke 21 puasa ramadhan itu di mulai dari depan atau halaman Kori Kamandungan, Keraton Kasunanan Surakarta.

Ada dibarisan depan yakni Pengageng atau keluarga Keraton Surakarta, yang dipimpin GRA Koes Moertiyah atau Gusti Mung, lalu ratusan abdi dale yang datang dari berbagai tempat di Solo Raya, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta dan sejumlah daerah lainnya.

Dibelakang barisan Pengageng ada pasukan musik tradisional (drumband) Keraton Surakarta, dilanjutkan abdi dalem pembawa oncor atau obor, pembawa lampion dan ting (lampu sentir, dan abdi dalem pembawa jodang nasi berkah.

Dari halaman Keraton arak-arakan malam selikuran puasa berjalan menuju arah timur, mengelilingi Keraton Surakarta, untuk kemudian menuju Masjid Agung Solo.

Setelah sekian 1 jam arak-arakan tiba di Masjid Agung Keraton Surakarta. Saat tiba di masjid yang telah berusia ratusan tahun itu, aktifitas sholat Tarawih telah berakhir.

Selanjutnya abdi dalem masuk ke beranda Masjid Agung Keraton Surakarta, tempat dipusatkannya acara tradisi malam selikuran. Abdi dalem kemudian membawa jodang berisi nasi berkah dan diletakkan di bagian tengah-tengah para abdi dalem.

Tidak lama kemudian acara tradisi malam Selikuran puasa dimulai, ditandai laporan dari salah satu Pengageng kepada Gusti Mung bahwa acara siap dimulai.

Dalam kesempatan itu Gusti Mung, menjelaskan tentang tradisi yang telah digelar sejak awal-awal berdirinya kerajaan Mataram tersebut sampai kemudian terus dilestarikan hingga saat ini saat bulan puasa memasuki hari ke 21 sehingga kemudian lebih dikenal sebagai tradisi malam selikuran

Setelah itu dilanjutkan doa oleh pemimpin agama Islam. Usai doa masyarakat berebut nasi berkah di 1 jodang yang diletakkan di depan serambi dan memang diperuntukkan bagi masyarakat.

Sementara sejumlah jodang berisi nasi berkah yang ada di serambi dibagikan kepada abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta.

Kepada awak.media Gusti Mung usai acara mengatakan kegiatan itu sebagai bentuk nguri-uri atau melestarikan budaya adiluhung Keraton yang telah berlangsung turun temurun hingga saat ini. Selain itu malam selikuran sebagai cara umat Islam mencari malam’ seribu bulan atau Lailatul Qadar di 9 hari terakhir bulan suci Ramadhan.

Dalam acara itu pihak Keraton sesuai pencaharian 1000 bulan awalnya akan membuat 1000 bungkus nasi berkah tetapi melihat animo masyarakat selama ini yang cukup tinggi sehingga menambah hingga 2000 nasi berkah (nasi tumpeng kecil). “Awalnya memang akan dibuat 1000 sesuai dengan malam Lailatul Qadar tapi karena masyarakat banyak ditambah jadi 2000,” ujar Ketua LDA Keraton Surakarta ini.

Sedangkan makna nasi berkah yang berisi nasi gurih, telur, Lombok Ijo dan kacang, sebagai bentuk rasa syukur kepada Alloh SWT atas berkah kepada umat manusia.

Dalam kesempatan itu Gusti Moeng juga membagikan 30 buah Alquran kepada pengurus Masjid dilingkungan keraton. “Jumlahnya ada 30, sesuai dengan jumlah Masjid dan mushola yang ada dilingkungan Keraton,” paparnya. (Oe)

No More Posts Available.

No more pages to load.