INDONNESIANEWS (Solo)–Pilkada Solo, yang akan memilih Walikota Surakarta, akan digelar November 2024, mendatang.
Meskipun pelaksanaan masih cukup lama, namun riak dari pesta demokrasi di daerah tersebut mulai terasa hangat oleh mulai bermunculannya para kandidat yang ikut mendaftar sebagai calon walikota.
Mulai meningkatnya suhu politik di kota Bengawan ternyata tidak luput dari seorang pengamat politik, yakni Umar Hasyim.
Menurut politikus kawakan ini, kalau melihat peta politik di Solo, ada kekuatan besar yang nanti akan bersaing, yakni kelompok Brengosan (PDIP) dan kelompok Loji Gandrung atau Sumber (koalisi sejumlah parpol).
Dimana masing-masing partai pengusung kata dia memiliki calon yang bisa meyakinkan masyarakat di kota Surakarta.
Kalau melihat perolehan suara di Pileg lalu, dimana PDIP meskipun mengalami penurunan kursi yang cukup signifikan dari 30 menjadi 20 kursi tetap masih cukup besar yang imbasnya ke perolehan suara juga.
Selanjutnya bagaimana PDIP bisa meyakinkan calon walikotanya yang juga nanti bisa meyakinkan masyarakat untuk memilihnya sebagai walikota.
Tetapi juga tidak bisa dianggap mudah atau enteng kekuatan (calon walikota) yang di usung partai koalisi yang telah menunjukkan kekuatannya melalui Pileg lalu.
Ditanya siapa calon wali kota yang cocok untuk memimpin menggantikan Gibran yang akan menjadi Wakil Presiden secara gamblang Umar bisa menyampaikan untuk saat ini. Tetapi sekali lagi Ia mengingatkan PDIP untuk tidak meremehkan kekuatan Partai lainnya yang telah mengalami peningkatan perolehan kursi yang apabila kemudian melakukan koalisi bisa saja akan keluar sebagai pemenang dalam Pilkada.
“Tapi juga jangan lupa kekuatan-kekuatan meskipun bukan politik praktis kekuatan organisasi kemasyarakatan (ormas) juga tidak kalau penting bisa digarap,”; ujarnya.
Namun begitu Umar Hasyim berharap kepada pasangan yang terpilih sebagai walikota Solo, bisa membawa kota Solo lebih moncer, lebih maju dan lebih memikirkan bagi kepentingan masyarakat banyak. “Masyarakat sebagai penyangga ekonomi tetapi memang perhatian dari para pemangku kebijakan itu kurang,” paparnya. (Oe)