oleh

Tak Ada Dapur Fiktif di Solo, Pelaksanaan Makan Bergizi Gratis Berjalan Sesuai SOP

-Daerah-89 views

INDONNESIANEWS (Solo)–Koordinator Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) Kota Solo, Priyo Widyastoko, menegaskan bahwa tidak ada dapur fiktif dalam pelaksanaan program MBG di wilayahnya.

“Di Solo sejauh ini tidak ada dapur fiktif. Total nanti akan ada 65 dapur. Saat ini sudah berjalan sekitar 15, dan lima dapur lagi dalam tahap persiapan,” ujar Priyo, Sabtu (21/9).

Kelima dapur tersebut masih mempersiapkan tenaga kerja dan perlengkapan pendukung. Setelah siap, mereka akan menunggu proses pencairan dana dari Badan Gizi Nasional (BGN).

Menurut Priyo, sistem dalam program MBG sangat ketat dan tertutup bagi dapur ilegal atau fiktif. “Tidak memungkinkan ada dapur fiktif karena semua harus terdaftar sebagai mitra BGN. Kalau tidak terdaftar, otomatis tidak bisa menjalankan fungsi apa pun,” tegasnya.

Ia menduga, dugaan adanya “dapur fiktif” kemungkinan mengacu pada dapur yang masih dalam tahap pembangunan atau belum mulai operasional. “Bisa jadi itu maksudnya. Tapi kalau fiktif dalam artian palsu atau mengada-ada, sangat tidak mungkin,” tambahnya.

Mitra BGN Solo Pastikan SOP Dijalankan Ketat

Ketua Yayasan Giri Kedaton, Catur Budi Santoso, salah satu mitra resmi BGN di wilayah Soloraya, juga menegaskan bahwa setiap dapur MBG dilengkapi tim profesional, termasuk Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI), ahli gizi, dan akuntan.

“SPPI sudah dibekali pelatihan serta buku panduan atau SOP. Selama pelaksanaan sesuai SOP, potensi kejadian seperti keracunan yang terjadi di daerah lain dapat diminimalkan. Di Solo sejauh ini tidak ada kasus seperti itu,” jelas Catur.

Ia juga menanggapi isu seputar penanganan korban keracunan yang ramai dibicarakan. Menurutnya, sesuai SOP nasional, korban harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan.

“SOP-nya jelas, harus langsung ke rumah sakit. Tidak mungkin hanya dikasih balsem seperti yang ramai diisukan,” ujarnya.

Catur menambahkan, semua pihak perlu menyikapi pelaksanaan program MBG dengan kepala dingin. Program yang baru berjalan beberapa bulan ini, menurutnya, tetap memerlukan evaluasi dan perbaikan berkelanjutan.

“Dari sisi kami, manfaat program ini sangat besar. Perbaikan pasti dilakukan ke depan. Kami juga terlibat dari awal, mulai dari pengajuan titik, pembangunan, hingga pengawasan operasional dapur,” tutupnya. (Bud)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *