Pemdes Boto Wonosari Klaten Mediasi Warga dengan Pemilik Belasan Kerbau Yang Dianggap Merugikan

oleh

INDONNESIANEWS (Klaten)–Belasan ekor kerbau milik Suwarno (70), warga Rt 2 Rw 01 dukuh Pakisan, desa Boto, kecamatan Wonosari, Klaten, memicu keresahan warga sekitar karena dianggap merugikan. Merekapun mengadukan persoalan tersebut ke Pemerintah desa setempat, Senin (3-2-2025).

Untuk menengahi permasalahan warganya, Pemerintah desa Boto, menggelar mediasi antara kedua belah pihak yang berseteru, di Balai desa setempat. Hadir sebagai mediator yakni Kades Boto, Sri Rejeki, petugas Trantib kecamatan Wonosari, petugas Dinas Sub Peternakan Klaten, Babinsa dan Babinkamtibmas desa Boto.

Mediasi antara kedua belah berlangsung alot, meskipun pada akhirnya dicapai titik temu. Kades Boto, Sri Rejeki, membacakan surat pernyataan yang ditulis pemilik kerbau, Suwarno, yang isinya sanggup mengurangi populasi ternaknya menjadi 5 ekor dalam waktu 1 minggu, dan apabila lebih dari 5 ekor atau bila melahirkan sanggup menjual kerbau hingga tetap tersisa kerbau 5 ekor.

Selain itu Suwarno, sanggup menjaga kebersihan kandang sehingga tidak mengganggu kenyamanan lingkungan, apabila melanggar pernyataan bersedia di sangsi dan tindakan oleh dinas terkait.

Setelah warga setuju dengan isi surat pernyataan, pemilik kerbau, Suwarno, menandatangani surat diikuti oleh sejumlah saksi, seperti Ketua RT, Kades Boto, Sri Rejeki, dan petugas dinas terkait lainnya.

Menurut Ketua Rt 2 Rw 1 dukuh Pakisan, desa Boto, Wonosari, Klaten, Danang, permasalahan muncul dari adanya peternakan kerbau ditengah pemukiman penduduk milik kakak beradik Suwarno, dengan jumlah diatas 15 ekor.

Namun saat ini kata dia kerbau milik adik Suwarno tinggal 5 ekor, sementara kerbau Suwarno masih 15 ekor. “Punya adiknya sekarang tinggal 5 dan warga bisa memaklumi, yang tidak bisa dimaklumi Itu keberadaan peternakan kerbau sebanyak 15 ekor milk Suwarno yang berada ditengah pemukiman padat penduduk,” ujarnya.

Keberadaan kerbau milik Suwarno yang jumlahnya cukup banyak itulah tambah dia membuat warga mengeluh dan resah, akibat bau busuk atau aroma kotoran kerbau yang sangat mengganggu warga sekitar, kerbau merusak tanaman petani dan jalan-jalan di perkampungan menjadi cepat rusak.

Terkait isi surat Pernyataan yang dibuat Suwarno ujar Danang warga setuju dan bersama perangkat desaedan dinas terkait akan melihat apakah dilaksanakan dengan melakukan pengecekan ke kandang kerbau milik Suwarno, Selasa mendatang.

Sementara itu menurut Kades Boto, Sri Rejeki, untuk mengatasi permasalah warga yang merasa dirugikan akibat keberadaan kerbau Suwarno, sebelumnya sudah beberapa kali pertemuan-pertemuan di rumah warga yang ada di Rt 2 Rw 1 dukuh Pakisan, desa Boto, Wonosari, Klaten, yang juga diikuti pemdes Boto dan Dinas terkait.

Dalam pertemuan yang dilakukan beberapa bulan lalu itu kata dia dicapai titik temu dimana pemilik kerbau harus membuat septic tank. Namun meski sudah ada septic tank saat musim hujan ini, kerbau Suwarno yang jumlahnya 15 ekor, sering membuang kotoran di jalan-jalan kampung sehingga membuat pencemaran, jalan menjadi kotor dan menimbulkan bau tidak sedap (busuk).

“Warga memuncak emosinya karena saat ini karena kerbau terlalu banyak dan minta dikurangi untuk mengurangi dampak negatif kerbau. Dan hari ini minta solusi ke pemerintah desa dan dinas terkait bagaimana,” ujarnya.

Dari hasil pertemuan tambah Sri Rejeki, warga minta Suwarno mengurangi jumlah ternak kerbau menjadi 5 dalam waktu sepekan. “Selasa depan akan dicek lagi bagaimana kelanjutan dari isi pernyataan pemilik kerbau apakah betul-betul memenuhi janjinya untuk mengurangi kerbau sampai menyisakan 5 masing-masing 5 ekor milik Suwarno dan adiknya,”;tuturnya. (Oe)

No More Posts Available.

No more pages to load.