INDONNESIANEWS (Sukoharjo)–Kondisi fisik tidak menjadikannya rendah diri atau minder, karena menganggap itu pemberian Alloh SWT terbaik buatnya. Karena itu Slamet Abidin, S.H.I, tidak mengkhawatirkan kalau harus bersaing dengan Caleg lainnya, dalam kontestasi Pileg 2024 untuk DPRD Sukoharjo, Jawa Tengah.
Turun gunung, itulah mungkin istilah yang tepat bagi Slamet, begitu ia biasa di sapa. Sebab meskipun bukan pimpinan parpol, pemuka agama, atau ormas terkenal di tanah air, namun untuk Kota Solo, Ia sudah cukup dikenal banyak kalangan karena kiprahnya di dunia politik sejak sebelum reformasi. Penasaran dengan sosok Slamet Caleg PSI dapil 2 Sukoharjo, berikut liputannya.
Lahir di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah 3 Maret 1971, Slamet sejak masih muda, sudah kritis dan ikut dalam demo reformasi di Solo, untuk menggulingkan pemerintahan rezim Soeharto,
Tahun 1998. Hasilnya rezim orde baru akhirnya runtuh dan mundur dari kursi kepresidenan.
Tidak lama setelah itu kata Slamet, bermunculan sejumlah Partai politik yang diiris para tokoh reformasi dimana Gus Dur bersama sejumlah tokoh NU mendirikan PKB. “Saya ikut bergabung’ dengan PKB Gus Dur di Solo,” ujarnya.
Saat Pileg/Pilpres yang dimenangkan Gus Dur saat itu Slamet juga ikut mencalonkan diri sebagai Caleg PKB untuk DPRD Solo, Dapil 2. Namun sayangnya meskipun sudah berusaha anak nomor 3 dari 5 bersaudara tersebut tidak lolos menuju gedung Karangasem, Laweyan, Solo.
Meskipun tidak lolos, Slamet tetap aktif di PKB, sampai terjadinya perpecahan di tubuh PKB menjadi 2 kubu, yakni PKB Gus Dur dan PKB Muhaimin. Dimana pada akhirnya PKB Muhaimin Iskandar yang diakui pemerintah, setelah kasasi PKB Gus Dur di tolak MA, di tahun 2008, “setelah itu saya menyatakan mundur atau fakum dari PKB sebab ada pilihan kalau mau tetap di PKB harus bergabung ke PKB Muhaimin, tapi saya tetap setia dengan PKB Gus Dur sehingga pilih mundur,” tuturnya.
Sejak itu tambah Slamet Ia yang memilih setia mendukung Gus Dur, mengambil keputusan untuk “istirahat” dari dunia politik. Selama fakum kata bapak 3 anak ini, Ia memutuskan untuk kuliah di Universitas Nahdatul Ulama (UNU) Surakarta mengambil Fakultas Syariah Jerusan AS (Ahwalush Syahsiyyah), hingga akhirnya memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (S.H.I).
Setelah 15 tahun fakum di dunia politik, tahun 2023 Ia ditawari suami Yenny Wahid, Dhohir Farisi, diajak untuk nyaleg melalui PSI. Dengan pertimbangan memiliki platform sama seperti dalam pemberantasan korupsi, menolak intoleransi antar umat beragama, Slamet menerima tawaran tersebut.
“Sebelum jadi partai sebenarnya saya sudah kenal baik’ dengan pengurus PSI seperti Grace Natalie, Giring Ganesha, Raja Juli Antoni (sekarang jadi Wamen ATR/BPN). Sehingga karena memiliki idealisme sama setuju bergabung’ dengan PSI,” ujar Slamet.
Karena tinggal di Sukoharjo Ia kemudian mendaftar sebagai caleg DPRD Sukoharjo dari PSI Sukoharjo untuk Dapil 2 meliputi Kabupaten Tawangsari, Bulu dan Weru, dengan nomor urut 1.
Ditanya visi misinya dalam pencalegan, untuk visi kata Slamet yakni pada kemaslahatan ummat berupa stunting perbaikan gizi pada anak, melawan intoleran, anti korupsi dan memperjuangkan disabilitas. “Akses-akses disabilitas, temen-temen saudara-saudara disabilitas itu kurang aksesnya kemana-mana ke masjid atau tempat ibadah lain atau mall temen-temen disabilitas tidak bisa akses, tuturnya.
Lalu apa yang sudah dilakukan Slamet untuk menari konstituen, “Sebelum nyaleg di PSI saya sudah aktif mengikuti dakwah, pengajian-pengajian, mengikuti majelis-majelis yang ada di MWC NU Tawangsari.
Sehingga setelah menjadi Caleg PSI, hal itu terus dilakukan. Selain itu Ia telah sowan ke Kyai-Kyai dan ulama di Weru, Tawangsari dan Bulu. “Alhamdulillah sudah sowan ke Kyai dan ulama untuk mohon doa restu dan dukungan,” paparnya.
Apabila di kalangan warga NU ia dibantu Kyai dan ulama, tetapi untuk umum Ia dibantu Koordinator Kecamatan (Korcam) dan Koordinator desa (Kordes) dan Kordes. Karena itu ia berharap dengan bantuan semua pihak, Slamet berharap bisa terpilih sebagai anggota legislatif DPRD Sukoharjo.
Untuk dapil 2 Sukoharjo kata Slamet lagi, untuk bisa lolos sebagai anggota dewan, seorang Caleg minimal memperoleh 4000 suara. Jumlah kursi yang diperebutkan untuk dapil tersebut sebanyak 7 kursi.
Slamet sendiri memgaku tanpa modal untuk menjadi Caleg dan hanya bermodalkan visi misi. “Jujur saya ga ada uang, modal saya cuma visi-misi yang akan saya perjuangkan untuk semua pihak,” tegasnya.
Nah melihat visi misinya, yang pro rakyat, untuk konstituen di Dapil 2 Sukoharjo, jangan ragu lagi untuk mencoblos Caleg DPRD Sukoharjo Dapil 2, nomor urut 1, Slamet Abidin, S.H.I. (Oe)
#UtamakanSlamet
#MilihoSlametWae
#OjoMilihCiloko
Komentar