oleh

1 Hari Menjelang Dilantik Sebagai Kades Basin. Kustiyah, Ingin Mengabdi Dan Mensejahterakan Masyarakat Di Masa Tua

INDONNESIANEWS (Klaten)–Setelah menanti hampir 4 bulan Calon Kepala Desa (Cakades) hasil Pilkades serentak di 67 tempat di Klaten 5 Juni 2023 lalu, rencananya akan dilantik Bupati Klaten Sri Mulyani, Rabu (27-9-2023) besok.

Dari Cakades terpilih yang akan dilantik tersebut diantaranya yakni Kustiyah, S.Ag, MM. Setalah dilantik, maka Ia akan syah menjadi Kades Basin, Kecamatan Kebonarum, periode 2023-2029.

Siapa Kustiyah, S.Ag, MM, wartawan Indonnesianews.com, Salahuddin, SP, belum lama sempat bersilaturahmi dan mewawancarai beliau di kediaman. Apa saja perbincangannya berikut kami sajikan rangkumannya kepada khalayak umum.

“Saya memang niat dari awal mencari lahan amal ibadah. Jadi masa purna saya itu agar bermanfaat. Menjadi hamba Alloh yang tawaduk,” Itulah jawaban Kustiyah (64), soal alasannya mencalonkan Kades Basin, diusianya yang senja.

Niat mulia itu tentu bukan dibuat-buat melihat latar belakang ibu 3 anak dan 11 cucu ini. Kustiyah merupakan pensiunan Penilik Luar Sekolah. Istri dari Muhson Masruri (70) yang merupakan pengusaha meubel ini, dari segi ekonomi sudah sangat mapan, demikian juga dengan 3 anaknya yang sudah memiliki kehidupan yang cukup sukses.

Karena itu ujar anak no 3 dari 6 bersaudara dari almarhum/almarhumah pasutri Ahmad Husni dan Hj Supiatun, seperti juga disampaikan suaminya, sudah tidak berpikir soal imbalan (gaji) saat dan selama menjadi Kades nanti.

Bahkan seperti pada janjinya saat penyampaian visi misi, Ia akan memberikan 100 persen hasil lungguh (tanah bengkok), untuk program-program sosial seperti santunan yatim piatu, kegiatan keagamaan, gerakan nasi Jumat dan lainnya. “Kalau saya terpilih 100% hasil lungguh akan saya berikan masyarakat,” ujarnya.

Menurut Kustiyah, niat baiknya untuk memajukan kesejahteraan dan kemajuan masyarakat desa Basin, tidak lepas dari masa lalunya yang berasal dari keluarga kurang mampu.

Almarhum bapaknya merupakan buruh serabutan, sementara sang ibu membuka usaha kelontong (sembako) skala kecil di rumah. “Bapak saya hanya buruh serabutan dan ibu dagang kelontong di rumah,” ujarnya.

Kondisi ekonomi Kustiyah saat kecil, bahkan nyaris membuatnya putus sekolah. Setelah lulus SLTP sang bapak, sudah memintanya untuk tidak melanjutkan akibat ketidakmampuan biaya “Waktu itu biayanya 600 rupiah,” ujarnya.

Namun beruntung Kakak tertuanya, Husnudin, memintanya untuk terus melanjutkan sekolah dan membiayai pendidikan selama di Pendidikan Guru Agama (PGA).

Selama bersekolah itu kata Kustiyah, Ia menularkan ilmu yang diperoleh dengan mengabdi (mengajar) di TK Aisiyah Basin, dari tahun 1979-1981.

Mengenang masa kecilnya saat SD kata Kistiyah, dijalani dengan penuh keprihatinan. “Saya kalau sekolah tidak memakai sepatu (nyeker) dan tidak punya tas,”: ujarnya mengenang masa kecilnya.

Setelah lulus PGA dan 2 tahun mengabdi di TK Aisiyah, Kustiyah di angkat menjadi PNS sebagai guru agama Islam.

“Saya hobby ngaji (qiroah),” Ujarnya. Itu pula menjadi alasan melanjutkan sekolah di PGA. Dari kepiawaian dalam hal Qiroah itu ia mengaku pernah mendapat piala sebagai pemenang di sejumlah Kejuaraan Qiroah mulai tingkat desa sampai tingkat Provinsi. “Juara 1 Tingkat Kabupaten tahun 1975, RRI Solo dan Kodim Klaten,” tuturnya.

Setelah diangkat jadi PNS, ibu dari H. Mustafid Fauzan, SE, H. Mifta Huda Robbani, S.Ip, dan H.Azmi Kumala Sari, S.Pd, S.Psy ini, sembari mengajar melanjutkan pendidikan lebih tinggi dengan mengambil D2 di IAIN Walisongo Semarang.

Setalah 2 tahun menjadi guru TK, tahun 1981-2005, menjadi guru SD di Gantiwarno Klaten, juga sebagai Agama Islam.

4 tahun kemudian ia naik (promosi )sebagai Penilik dari 2005-2009. Karirnya pun semakin moncer dan terpilih sebagai Kepala UPTD dari tahun 2009-2015. Dan terakhir kembali lagi sebagai Penilik Luar Biasa. (Bersambung)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *