oleh

Pemuda Disabilitas Penjual Gantungan Kunci Manik-manik Yang Selalu Bersemangat Di Tengah Keterbatasan

INDONNESIANEWS (Solo)–Alloh SWT menciptakan manusia di dunia dalam berbagai fitrahnya. Misal ada yang di beri fisik sempurna tetapi adapula yang di berikan cobaan memiliki kecacatan pada anggota tubuhnya.

Bagi Insan yang tidak beruntung tentu harus pasrah dengan takdir Illahi tersebut sebab semua sudah ketentuan-Nya. Hal itu juga di sadari seorang pemuda di Solo bernama Edwin Syahputra (22), yang memiliki kekurangan di bagian pendengaran (telinga) sejak masih anak-anak akibat sakit yang di derita.

Sekilas saat melihat laki-laki berwajah ganteng berkacamata tersebut merupakan sosok yang normal-normal saja. Seluruh fisik tubuhnya secara kasat mata baik-baik saja, tidak kesulitan berjalan dan bisa melihat dengan baik ke sekelilingnya.

Namun saat mendekat dan mengajak komunikasi barulah terlihat ada yang kurang dari anak pasutri Muhammad Widiyanto dan Indah Nuryatmi tersebut. Edwin begitu warga Kampung Ketelan Solo tersebut biasa di sapa, memiliki kekurangan di pendengaran sehingga kadang kurang nyambung saat ditanya berbagai hal tentang dirinya.

Menurut pemuda dengan tinggin170 cm berat 70kg tersebut kondisi yang di alaminya bukan merupakan bawaan lahir tetapi baru di alami saat usianya menginjak 8 tahun. Saat itu kata Edwin, Ia sedang memasak mie instan di dapur rumahnya, namun tiba-tiba perutnya sakit luar biasa. Dalam kondisi tersebut tanpa di sadari tangan kirinya menyentuh api dari kompor gas dan tersiram air panas yang berasal dari mie yang sedang di masak, “Ngga tau tiba-tiba perut saya sakit sekali, hingga tangan kiri menyentuh api pada kompor gas dan tersiram air panas”, ujarnya.

Akibat peristiwa itu ia sempat di rawat di rumah sakit. Tidak sampai di situ setelah di izinkan pulang ke rumah Pemuda yang mengaku pintar memainkan alat musik pianika tersebut mengalami sakit panas tinggi. Dari sakit itulah di duga yang menyebabkan pendengarannya menjadi terganggu sehingga dalam komunikasi dengan orang lain juga kurang nyambung.

Di tambahkan akibat kondisi kesehatan tersebut setelah lulus SD ia kesulitan saat mendaftar di sekolah menengah pertama, sehingga orangtuanya terpaksa memasukkan ke SLB di Solo. “Dari SMP sampai SMA sekolah di SLB”, ujarnya lagi.

Setelah lulus SMA di tahun 2019 anak pertama dari 2 bersaudara ini mengikuti pelatihan pembuatan berbagai jenis kerajinan di tempatnya bersekolah, seperti membuat kerajinan gantungan kunci dari manik-manik.

Dari pelatihan itulah kini Edwin menjadi piawai dalam membuat gantungan kunci dari manik-manik dan menjadikannya sebagai mata pencahariannya. Gantungan kunci unik itu sendiri ia jual kepada siapa saja yang berminat dengan harga 5000/biji.

Sementara itu untuk membuat gantungan kunci, semua bahan seperti manik-manik, gantungan dan senar Ia beli dari sebuah toko di daerah Singosaren Solo. “Untuk plastik wadah gantungan baru ibu saya yang beli”, ujarnya.

Karena sudah mahir untuk membuat gantungan kunci dari manik-manik tersebut ia mengaku hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk menyelesaikan sebuah gantungan. Edwin mengaku sehari bisa menjual sampai 15 gantungan kunci. Saat di tanya berapa keuntungannya ia hanya menjawab lumayan tanpa menyebutkan angka secara jelas.

Di tengah keterbatasan pemuda ini mengaku tidak minder atau malu meskipun harus berjalan kaki saat memasarkan dagangannya. Bahkan untuk menarik pembeli ia tidak segan-segan menunjukkan proses pembuatan gantungan kunci dari manik-manik sampai selesai. “Pantang malu yang penting halal”, paparnya.(Oe)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *