oleh

Belajar Mencari Tuhan Lewat Suara Perkusi Hadroh Nur Azizah ASN Klaten

INDONNESIANEWS (Klaten)–Teras Masjid Nur Azizah kompleks Sekretariat Daerah Klaten Senin siang itu (6/3/23) terlihat ramai, tidak seperti biasanya. Sesaat selesai sholat dhuhur, belasan ibu-ibu aparatur sipil negara atau ASN masih lengkap dengan seragam keki coklatnya tampak duduk melingkar.

Setelah diperhatikan, ternyata ada alat musik gendang perkusi di tangan. Beberapa lempar kertas putih tertulis syair-syair tembang islami pun siapkan didendangkan. Ada tembang Turi-Turi Putih, Sholawatan, Kisah Sang Rosul, Ahmad ya Habibi sampai lagu dolanan Cublak-Cublak Suweng menjadi syair yang coba didendangkan.

Para ASN itu ternyata kelompok seni islami hadroh Nur Azizah. Setiap senin, sepekan sekali, mereka rajin berlatih seni hadroh di teras Masjid Nur Azizah untuk memakmurkan masjid sekaligus menemukan suasana religi yang lebih dekat dengan Sang Pencipta.

Lewat tepukan perkusi dan syair-syair islami itu mereka mengakui merasa lebih dekat dengan Tuhan. Hal itu yang dirasakan Tini (48) ASN Bagian Umum Setda Klaten salah satu pegawai yang tertarik berlatih seni hadroh.

“Pegawai yang bergabung dan berlatih hadroh Nur Azizah ada 15 peserta. Tidak saja ASN Setda, ada juga yang dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) dan Badan Penanggulanmgan Bencana Daerah atau BPBD Klaten.

Minimal saya merasakan hati lebih tenang. Setiap pulang kerja, tidak sadar bibir itu berdzikir dengan syair hadroh” jelasnya saat ditemui (Senin, 6/3/23) disela – sela latihan di teras Masjid Nur Azizah.

Tini mengatakan sudah hampir tiga bulan berlatih hadroh. Keterbatasan sarana pendukung dan kelengkapan kehadiran peserta diakuinya menjadi kendala.

“Kami insyallah akan tampil perdana diacara pembukaan Gedung Graha Bung Karno. Kami masih melengkapi dengan seragam atau kostum dan aksesoris lain” pungkasnya.

Dani (28) pelatih hadroh asal Merbung, Klaten yang mendampingi ASN Klaten berlatih hadroh mengakui aktiifitas latihan menurutnya perlu diintensifkan. Penghafalan syair-syair lagu baginya masih menjadi permasalahan mendasar.

“Kami membawa alat bass, kendang dan tam. Untuk syair lagu sudah disiapkan. Hanya itu, ibu-ibu itu sering lupa syair lagunya ketika sudah memegang alat musik. Mungkin hal ini (memainkan perkusi) adalah sesuatu yang baru. Kalau harga cabe, bawang, tomat dan sayuran mungkin ibu – ibu itu lebih hafal kali ketimpang harus menghafalkan syair – syair lagu” pungkasnya sambil berkelakar. (*/Oe)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *