INDONNESIANEWS (Boyolali)–Waduk Cengklik yang ada di Desa Ngargorejo Ngemplak Boyolali memiliki fungsi utama yakni sebagai penyuplai air irigasi yang mengaliri areal persawahan khususnya yang ada di Kabupaten Boyolali Jawa Tengah.
Namun seiring waktu danau buatan yang di bangun pemerintah Belanda tahun 1926-1928 tersebut di manfaatkan nelayan untuk memelihara ikan di keramba dan juga destinasi wisata.
Tidak cukup itu saja waduk seluas 306 hektar tersebut banyak di huni berbagai jenis ikan. Karenanya tidak heran setiap hari banyak warga yang mencari ikan, baik menggunakan jala atau alat pancing.
Seperti saat musim hujan ini, ratusan pemancing dari berbagai wilayah di Solo Raya, Purwodadi, bahkan DI Yogyakarta banyak terlihat di berbagai sudut waduk yang memiliki luas genangan 296 hektar tersebut.
Musim hujan menyebabkan curah hujan cukup tinggi di sekitar waduk, hingga menyebabkan elevasi air meningkat (tinggi). Sejumlah tempat (Utara) waduk cengklik yang biasanya tidak tergenang air, di penuhi air hingga batas pinggir waduk.
Namun bagi pemancing musim hujan justru memberi berkah tersendiri, sebab mereka tidak perlu memancing agak ke tengah, tetapi cukup di pinggir waduk. “Kalau musim hujan gini ikan-ikan justru banyak yang ke pinggir waduk dan lebih mudah di dapat”, ujar Joko warga Pengging Boyolali.
Joko tidak datang sendiri, ia datang bersama sejumlah teman sedesa yang sama-sama memiliki hobi memancing. Ia mengaku biasanya mulai memancing di waduk cengklik mulai pukul 08.00 dan baru pulang menginjak sore hari.
Masih menurut Joko, saat memancing biasanya ia membawa 2 joran pancing, dan untuk pakan (umpan) lumut membeli dari pedagang di sekitar waduk seharga 3-5 ribu/ mangkuk ukuran sedang. Sementara untuk ikan hasil pancingan kadang banyak dan juga sedikit hasil, “Tergantung hoky juga bila pas mujur bisa dapat banyak, dan kalau apes sedikit”, paparnya. Namun berapa hasil ikan yang di dapat baginya bukan yang utama, terpenting hobi memancingnya bisa tersalurkan.
Selain memancing di tempat yang tidak terlalu dalam (dangkal) atau pinggir waduk, dan di atas bambu bekas keramba, tidak sedikit dari pemancing yang menceburkan diri hingga agak ke tengah hingga hanya pundak bahkan kepala yang terlihat.
Hal itu di lakukan pemancing yang berkeyakinan bahwa semakin dalam air tempat melempar mata kail, ikannya lebih banyak sehingga peluang untuk mendapatkan ikan juga lebih besar. “Saya biasanya kalo memancing sampai nyebur menuju ke tempat dalam karena ikannya memang lebih banyak”, ujar Budi. Warga Purwodadi ini pun mengaku selain mendapat lebih banyak ikan, ikan yang di dapat juga besar-besar seperti ikan nila, patin dan ikan mas serta banyak lagu lainnya. (Oe)
Komentar