INDONNESIANEWS (Solo)—Sebanyak 13 orang terpilih sebagai anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah (PPM) dalam Muktamar ke-48 di edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Sabtu (19/11/2022) malam. Komposisi yang terpilih itu dinilai kurang ideal.
Ke-13 orang itu adalah Haedar Nashir (2.203); Abdul Mu’ti (2.159); Anwar Abbas (1.820); Busyro Muqoddas (1.778); Hilman Latief (1.675); Muhadjir Effendy (1.598); Syamsul Anwar (1.494); Agung Danarto (1.489); Saad Ibrahim (1.333); Syafiq A. Mughni (1.152); Dadang Kahmad (1.119); Ahmad Dahlan Rais (1.080), dan Irwan Akib (1.001). Mereka dipilih dari 39 calon PPM.
Ketua Panitia Pemilihan Muktamar ke-48, Ahmad Dahlan Rais, kepada wartawan seusai acara menyatakan pemilihan berlangsung lancar menggunakan e-voting atau pemilihan elektronik. Butuh waktu sekitar 3,5 jam untuk menyelesaikan pemilihan.
Sedangkan penghitungannya berlangsung otomatis oleh sistem.
Disinggung komposisi 13 nama itu, Dahlan mengakui kurang ideal. Alasannya, dari 13 orang itu, yang tergolong wajah baru hanya tiga orang, yaitu Hilman Latif, Saad Ibrahim, dan Irwan Akib. Selebihnya adalah muka lama yang sudah masuk sebagai anggota PPM. “Idealnya perpaduan senior dan junior,” ujar Dahlan.
Hilman Latief lahir di Tasikmalaya, 12 September 1975. Guru Besar Studi Islam, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta itu kini Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Kemenag. Saad Ibrahim lahir di Mojokerto, 17 November 1954. Ketua PWM Jawa Timur itu adalah dosen UIN Malang. Sedangkan Irwan Akib lahir di Pare-pare, 2 Agustus 1963. Irwan adalah dosen Unismuh Makassar dan Sekretaris PWM Sulawesi Selatan.
Karena itu, menurut Dahlan, PPM yang terpilih ini berhak untuk menambah nama. Menurut aturan, kata dia, maksimal separuh dari jumlah yang terpilih (13 orang). Tambahan itu maksimal enam orang.
Dia berharap pimpinan tambahan itu merupakan wajah baru atau generasi yang lebih muda. Nama mereka berasal dari 39 calon tetap pimpinan.
Alasan lain menambah, kata Dahlan, adalah sesuai dengan kapasitas dan kemampuan mereka. Misalnya dari 13 orang itu, tak ada yang berlatar belakang Kesehatan. Padahal Muhammadiyah memiliki banyak RS sehingga perlu ada pimpinan yang berlatar belakang kesehatan atau kedokteran.
Hal itu juga berlaku pada hasil Muktamar Makassar. Pada muktamar 2015 itu, terpilih 13 orang yaitu 1. Haedar Nashir, Yunahar Ilyas, A. Dahlan Rais, M. Busyro Muqoddas, Abdul Mu’ti, Anwar Abbas, Muhadjir Effendy, Syafiq A. Mughni, Dadang Kahmad, Suyatno, Agung Danarto, M. Goodwill Zubir, dan Hajriyanto Y. Thohari. Lalu ada panambahan pimpinan yaitu Marpuji Ali, Bahtiar Effendy, Agus Taufiqurrohman, dan Noordjannah Djohantini. (*/Oe)
Komentar