oleh

Festival Penjalin Desa Transan Gatak Sukoarjo, Warga Berebut Gunungan Penjalin

INDONNESIANEWS (Sukoharjo)–Setelah 2 tahun di tiadakan akibat merebaknya virus Corona di dunia dan khususnya Indonesia semua aktifitas umum di hentikan. Namun setelah berangsur normal, kegiatan tersebut kembali di gelar seperti halnya Festival Penjalin, di Desa Transan Kecamatan Gatak, Sukoharjo.

Kirab Budaya Grebeg Penjalin yang di ikuti ribuan warga setempat tersebut di gelar Kamis (27/10)/2022) pagi, dengan puncaknya rebutan gunungan penjalin di halaman balai desa Transan Gatak, Kamisdi Desa Trangsan, Gatak, Sukoharjo, Jawa Tengah.

Berbagai hasil kerajinan rotan yang jadi rebutan itu, diantaranya keranjang tempat pakaian, pemukul jemuran kasur, nampan, dan beberapa lainnya. Selain itu, warga peserta kirab menampilkan kostum unik terbuat dari rotan, kuda rotan, dan gazebo berbentuk jamur raksasa.

Ketua Panitia, Suryanto mengatakan, kirab diikuti sekira 1.800 peserta dengan maksud sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sekaligus upaya melestarikan kerajinan rotan yang merupakan produk unggulan Desa Trangsan.

Grebeg Penjalin ini kembali dilaksanakan setelah sempat vakum 2 tahun karena pandemi. Tujuannya untuk meningkatkan ekonomi warga Trangsan dan sekitarnya serta mengangkat kembali industri mebel lokal di pasar domestik maupun internasional,” jelasnya.

Bupati Sukoharjo Etik Suryani yang hadir bersama sejumlah pejabat Forkopimda menyampaikan apresiasinya kepada masyarakat Desa Trangsan yang sangat antusias menyelenggarakan Grebeg Penjalin tahun ini.

Grebeg Penjalin merupakan rangkaian kegiatan selama empat hari sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas karunianya sehingga Desa Trangsan menjadi sentra industri mebel rotan dan perwujudan persatuan dan kesatuan para pedagang dan pengurus Pengrajin rotan,” kata Bupati.

Etik menegaskan, kegiatan seperti ini harus didukung karena memiliki arti yang luar biasa, selain sebagai sarana untuk menampilkan dan memperkenalkan hasil kerajinan rotan, juga sebagai sarana untuk memupuk rasa kebersamaan, persatuan dan kesatuan diantara elemen masyarakat yang ada.

“Selain itu, juga sebagai hiburan dan tontonan bagi masyarakat Desa Trangsan dan sekitarnya,” pungkas Bupati.

Etik menegaskan, kegiatan seperti ini harus didukung karena memiliki arti yang luar biasa, selain sebagai sarana untuk menampilkan dan memperkenalkan hasil kerajinan rotan, juga sebagai sarana untuk memupuk rasa kebersamaan, persatuan dan kesatuan diantara elemen masyarakat yang ada.

“Selain itu, juga sebagai hiburan dan tontonan bagi masyarakat Desa Trangsan dan sekitarnya,” pungkas Bupati. (*/Oe)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *