INDONNESIANEWS (Klaten)–Sebanyak 40 pelajar dari ormas Muhammadiyah dyang tergabung dalam Ikatan Pelajar Muhammadiyah atau IPM Klaten semangat berlatih menulis berita di Pendopo Lapangan Barepan, Cawas, Klaten (Sabtu, 8/10/22).
Dikemas dengan acara Pelatihan Media Exclusive Editing Class yang digelar selama dua hari itu, para peserta belajar teknis penulisan berita, pengantar bermedia sosial sampai mengkaji terkait opini.
Ketua IPM Klaten Muhammad Nur Rohman di acara pembukaan pelatihan mengatakan kalau saat ini teknologi informasi dan media sosial berkembang pesat. Dia berharap pemuda Muhammadiyah tidak saja menjadi penonton, rapi bisa menjadi bagian perubahan dinamika masyarakat.
“Hampir setiap pemuda punya media sosial. Misalnya Twitter, Instagram sampai tik tok. Tapi kader IPM jangan sekedar menjadi penikmat atau follower saja anak muda itu. Para kader IPM harus jadi sumber informasi yang bermanfaat, salah satunya dengan terampil menulis” jelasnya.
Terkait tujuan Exclusive Editing Class, mahasiswa UIN Surakarta jurusan Ilmu Hukum itu mengatakan agar para pelajar IPM punya bekal yang cukup untuk menulis.
“Target kami pemuda IPM terampil menulis. Kami ingin punya media berita yang dikenal, karena sesungguhnya komunitas kami banyak. Jadi cara menulis yang baik dan menarik menjadi bahasan penting. Kami juga hadirkan penulis wartawan termasuk pendampingan dari Di as Kominfo Klaten” tambahnya.
Sub Kordinator Layanan Informasi dan Statistik Dinas Kominfo Klaten Joko Priyono yang diundang memberikan pembekalan General Stadium Pelatihan Media Exclusive Editing Class mengungkapkan kalau penggunaan waktu luang bagi pemuda menjadi hal yang penting. Khususnya jika para pelajar IPM Klaten mengisi dengan aktivitas menulis tentu menjadi program yang positif.
“Makhluk pertama yang diciptakan Tuhan itu adalah pena. Di situ dimaknai bahwa manusia itu perlu banyak menulis untuk membangun peradaban. Dan menulis itu cara paling efektif merawat ilmu” kata Joko Priyono.
Terkait kekuatan tulisan atau berita itu, pria lulusan Ilmu Komunikasi Fisip UNS Surakarta itu menekankan pentingnya observasi dan kecerdasan memilih sudut pandang penulisan berita.
“Intuisi penulis berita itu perlu terus diasah. Sebab menulis itu bukan keahlian, tapi ketrampilan. Jadi kekuatan observasi jadi penting selain angle yang unik. Berita itu juga harus punya nilai dimana public interest jadi pertimbangan utama. Niat menulis juga jangan salah. Memberikan kemanfaatan bagi kebaikan umat itu niat terbaik agar semangat menulis itu tidak padam” pungkasnya. (*/Oe)
Komentar