INDONNESIANEWS (Klaten)–Sebanyak 40 warga disabilitas dari berbagai wilayah di Klaten mengikuti pelatihan literasi digital di Balai Latihan Kerja Klaten (Sabtu,13/8).
Acara yang digagas Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) itu menghadirkan narasumber tunggal, Sub Kordinator Layanan Informasi dan Statistik Dinas Komunikasi dan Informatika Klaten, Joko Priyono yang mengangkat tema Berkah Bermedia Sosial.
Ketua Panitia kegiatan Toha mengatakan kegiatan pelatihan literasi digital bagi warga disabilitas ini untuk membekali terkait bijak bermedia sosial. Tidak hanya itu kata dia, warga disabilitas yang didampingi juga bisa dibantu kaitannya mendukung usaha yang mereka rintis.
“Teman-teman disabilitas itu sesungguhnya ingin mandiri. Hanya mereka sering terbentur soal promosi dan publikasi. Kami berharap pemerintah bisa membantu, salah satunya dari Diskominfo Klaten” ungkapnya disela-sela kegiatan.
Toha menambahkan warga disabilitas binaan NU tiap tahun bertambah. Mereka itu sudah punya usaha.
“Peserta yang hadir dari berbagai wilayah di Klaten. Ada yang dari Kecamatan Juwiring, Trucuk, Kemalang, Wedi dan Kota. Mulai dari tuna netra, tuna rungu, tuna wicara dan tuna grahita. Dari kelompok umur dari yang remaja sampai yang sudah keluarga. Yang mereka butuhkan adalah pemerintah memberikan peluang dan kesempatan” tambahnya.
Purnomo (35) warga Deles, Kemalang, Klaten salah satu peserta tuna grahita yang hadir mengaku hampir dua tahun menganggur akibat covid. Usaha nya melamar pekerjaan belum ada kepastian.
“Saya mengajukan lamaran pekerjaan untuk beberapa perusahaan. Tapi hasilnya masih nihil. Saya berharap pemerintah bisa membantunya bisa bekerja kembali” kata bapak dua anak yang pernah bekerja di rumah makan Jakarta dan Bandung itu.
Joko Priyono menjelaskan literasi digital itu menekan agar masyarakat cerdas merumuskan, memanfaatkan dan mengakses informasi. Bijak bermedia sosial itu jika masyarakat punya konsep diri yang kuat dan tahu pasti tujuan bermedia sosial.
“Tekhnologi saat ini dalam genggaman. Maka hati -hati menggunakan jari jempol. Pastikan saat bermedia sosial itu punya tujuan yang jelas. Misalnya cari informasi, jual beli, bersilaturahmi atau berdakwah. Hal itu prinsip. Jadi konten yang tidak berguna akan dihindari” jelasnya.
Terkait upaya program yang bisa dilakukan Diskominfo dalam pendampingan usaha warga disabilitas, pria lulusan Ilmu Komunikasi Fisipol UNS Surakarta mengatakan kalau pemerintah punya website, radio dan medsos yang sudah terverifikasi.
“Pemerintah mempunyai media yang bisa terpercaya. Berita pemberdayaan, tema potensi masyarakat itu sangat menarik. Terkait dengan peluang usaha, saya kira solusinya bisa dilakukan lintas instansi. Kepedulian pemerintah itu bisa dilakukan bersama” pungkasnya. (Oe)
Komentar