INDONNESIANEWS (Jeddah)-lBerdasarkan data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu Kesehatan (Siskohatkes) pada Senin (4/7) pukul 16.00 WAS, secara total sebanyak 68.719 jemaah mendapatkan perawatan rawat jalan baik di kloter, pos kesehatan sektor, maupun Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI). Sementara 528 jemaah mendapatkan layanan rawat inap.
Dari sejumlah tersebut, Hipertensi menempati tempat pertama sebagai penyebab penyakit dengan total 10.342 kasus. Sementara batuk pilek di posisi kedua dengan total 9.975 kasus, Saluran pernafasan akut di tempat ketiga dengan 4.612 kasus. Dan posisi keempat diisi dengan nyeri otot sebanyak 3.808 kasus.
Meskipun saat ini penyakit saluran pernafasan tidak menjadi penyakit penyebab kesakitan yang tertinggi, namun semua petugas harus tetap siaga. Karena penyakit terkait saluran pernafasan biasanya mengalami peningkatan pasca Armuzna.
”Biasanya tren penyakit paru mulai meningkat setelah Armuzna,” ujar dr. Andy Siregar, Spesialis Paru, Tim Dokter KKHI Makkah.
Menurut dr. Andy, kelelahan jemaah dan kondisi cuaca menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan kasus pernafasan, ditambah lagi berbagai droplet dari berbagai belahan dunia berkumpul di Masyair saat prosesi puncak haji. Untuk itu pihaknya mengimbau agar kedisiplinan dalam menggunakan masker terus dilakukan.
”Untuk itu tetap memakai masker, kencangkan protokol kesehatan juga,” ucap dr. Andy.
Pernyataan ini diperkuat oleh, dr Andi Yanti, yang juga Spesialis Paru dari Tim Dokter KKHI Madinah. Menurutnya pemakaian masker dapat menyaring berbagai bakteri,virus, dan jamur masuk ke saluran nafas. Sehingga seseorang dapat terlindungi tidak hanya dari COVID-19, melainkan juga penyakit akibat pernafasan lainnya.
”Masker tidak hanya mencegah COVID-19 tapi juga mencegah penyakit saluran pernafasan,” tegas dr. Andi.
Menurut dr. Andi, masker harus dipakai dengan benar dan sama sekali tidak boleh dibasahi, karena malah akan menurunkan bahkan menghilangkan efektivitas masker dalam menyaring partikel membahayakan.
”Jangan sama sekali, tidak boleh. Itu justru merusak membran dari masker untuk menyaring virus dan bakteri,” tegasnya lagi.
Saran dr. Andi, memakai masker yang benar harus menutupi mulai dari pangkal hidung sampai seluruh mulut juga harus tertutupi, tidak boleh ada celah. Setiap enam sampai delapan jam pemakaian, masker juga harus diganti.
”Kalau kena cairan atau basah, masker juga harus diganti. Karena kalau sudah kena cairan, membran maskernya sudah rusak, jadinya untuk menyaring virus dan bakteri sudah tidak bagus lagi,” lanjutnya. (Oe)
Komentar