Kemacetan parah tak terhindarkan di sepanjang Asrama Haji Donohudan akibat keberadaan puluhaan Pedagang Musiman yang memanfaatkan bahu jalan depan Asrama Haji Donohudan Boyolali. Foto Oedin
INDONNESIANEWS (Boyolali)–Setelah 2 tahun tidak ada aktifitas akibat merebaknya virus Corona Asrama Haji Donohudan kembali ramai oleh kedatangan calon jemaah haji dari berbagai wilayah di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta,
Para calon jemaah haji Embarkasi SOC Solo tersebut memang harus transit dulu di Asrama Haji Donohudan untuk pemeriksaan dokumen, pemeriksaan kesehatan dan lainnya sebelum di berangkatkan ke Tanah Suci menggunakan Pesawat Garuda Indonesia Airways melalui Bandara Internasional Adi Sumarmo Boyolali Jawa Tengah.
Bus-bus yang membawa jemaah haji dari berbagai daerah biasanya tiba di AHD dengan pengawalan polisi agar semua berjalan lancar.
Keberadaan pedagang musiman di depan Asrama Haji Donohudan mulai menimbukkan kemacetan dan mengganggu bus calon jemaah haji yang akan masuk AHD dan juga lalulintas Umum. Foto Oedin
Namun begitu sangat di sayangkan saat mendekati Asrama Haji Donohudan bus-bus pembawa calon jemaah haji tersebut sedikit tersendat saat akan masuk AHD karena bahu jalan khususnya depan AHD banyak di penuhi lapak-lapak pedagang musiman yang menggelar dagangannya.
Tidak hanya bus-bus pengantar haji saja yang tersendat bahkan pada saat-saat jam sibuk lalulintas sekitar AHD macet parah akibat adanya penggunakan bahu jalan yang tidak semestinya oleh pedagang musiman.
Lapak-lapak tersebut menjual aneka jualan mulai makanan-minuman, lokasi bermain anak, perlengkapan ibadah dan lainnya.
Menurut seorang pengguna jalan Andi seharusnya aparat dan juga pengelola AHD untuk mengatasi keruwetan lalulintas dan menertibkan pedagang musiman yang menjadi biang kemacetan.
Ia bahkan mempertanyakan keberadaan pedagang tersebut sebab sebelum musim haji daerah tersebut steril dari pedagang dan sekarang tiba-tiba muncul puluhan pedagang musiman.
Ia berharap petugas dan pengelola AHD bertindak tegas kalau memang pedagang musiman tersebut illegal agar di bersihkan dan di tindak kalau tetap nekat berjualan tujuannya agar kedatangan bus-bus yang membawa calon jemaah haji khusus ya bisa masuk dengan lancar ke dalam AHD dan masyarakat yang berkendara juga tidak terjebak kemacetan.
Hal serupa juga di keluhkan ibu Wati, ia mengaku kesal dengan semrawutnya lalu lintas terutama saat kedatangan calon jemaah haji.
Pedagang harus membayar uang sewa sebesar mulai 330ribu sampai 630ribu kepada Paguyuban Pengelola dari RW setempat. foto Oedin
Harusnya kata dia bus-bus haji tersebut bisa masuk dengan lancar apabila tidak ada halangan (pedagang) di depan AHD.
Setahu dia bahu jalan depan AHD merupakan daerah steril dari berbagai aktifitas sehingga bila sekarang menjadi semrawut akibat banyaknya pedagang musiman menjadi tanggung dari petugas dan pengelola AHD untuk menertibkannya.
Sementara itu sejumlah pedagang saat di tanya soal keberadaan mereka di tempat itu mengaku sudah mendapat izin dari sekelompok orang yang mengaku sebagai pengelola tempat.
Menurut seorang pedagang angkringan yang enggan di sebut namanya untuk bisa berjualan di depan AHD ia harus membayar 630ribu selama masih haji kepada seorang pengelola lokasi. “Saya sudah 8 tahun jualan di sini dan di minta membayar 630ribu agar tetap bisa berjualan di lokasi”, ujarnya.
Meskipun dengan berat hati karena bagi pedagang kecil sepertinya tidak mudah mengumpulkan uang sebesar itu terpaksa mencari pinjaman untuk membayar sewa tempat kepada pengelola.
Hal serupa di sampaikan bapak Rohman pedagang asal Pati yang baru berjualan kerajinan mengaku juga di tarik sebesar 630ribu oleh orang yang mengaku dari paguyuban pengelola lokasi berjualan.
“Uang itu 600ribu untuk pengelola dan 30ribu untuk kebersihan”, ujarnya.
Pedagang lain Sri penjual makanan ringan membayar sewa lebih murah yakni sebesar 330ribu oleh Paguyuban Pengelola lokasi berjualan karena tempatnya berjualan berukuran lebih kecil.
Sementara terkait keberadaan puluhan pedagang musiman tersebut Sekretaris RW Dusun lokasi AHD Ribut mengaku kalau yang menarik biaya sewa kepada pedagang musiman berasal dari Paguyuban Pengelola yang di bentuk oleh warga.setempat.
Sementara terkait legalitas atau izin ia mengaku pihaknya tidak memiliki izin resmi dari pengelola AHD. Hanya saja tambahnya pada awal-awal keberadaan AHD di tempat tersebut tersirat bahwa warga boleh mengelola tempat itu “dulu bahkan warga boleh menggunakan bagian gedung di dalam untuk kegiatan acara”, ujarnya.
Hanya berbekal itu pihaknya tambah Ribut Paguyuban warga berani mengelola bahu jalan depan AHN untuk di jual kepada pedagang musiman seperti saat musim haji saat ini.
Ribut pun mengaku uang dari hasil sewa yang di bayarkan pedagang di pakai untuk kepentingan warga, “uangnya sudah untuk beli keranda mayat dan banyak lagi lainnya”, paparnya
Sementara itu Kepala Desa Donohudan Rohmadi mengaku sama sekali tidak mengetahui terkait keberadaan pedagang musiman yang ada di depan Asrama Haji Donohudan Boyolali sebab baik dari pengurus paguyuban hingga pengelola AHD tidak pernah memberitahu Pemerintahan Desa terkait hal tersebut.
Sehingga kalau saat ini keberadaan para pedagang mulai di keluhkan karena mengganggu lalulintas khususnya bus-bus pembawa calon jemaah haji yang akan masuk ke dalam AHN pihaknya tidak bisa berbuat apa-apa “coba saja tanya ke Paguyuban dan Pengelola AHD tentang legalitas Pedagang”, ujarnya.
Namun begitu Rohmadi menyayangkan mulai semrawutnya lalu linta di depan AHD. Ia sendiri berharap fungsi bahu jalan depan AHD bisa di pergunakan sesuai peruntukannya, “setahu saya tempat itu steril agar bus pembawa calon haji bisa lancar masuk ke dalam AHD”, tambahnya.
Sementara itu Pengelola Asrama Haji Donohudan Bambang Sumanto saat hendak di konfirmasi terkait hal tersebut tidak berada di ruangannya. “Bapak lagi keluar”,ujar seorang petugas satpam. (Oe)