Ferdinand Bongbong Marcos Jr Anak Mantan Diktator Ferdinan Markos Menang Pilpres Filipina

oleh
Ferdinand Bongbong Marcos Jr memenangi Pilpres Filipina. (Foto CNNI)

INDONNESIANEWS (Filipina)–Ferdinand Bongbong Marcos Jr memenangi Pilpres Filipina. Kemenangan Marcos Jr ini dibayangi dengan kontroversi sang ayah yang merupakan mantan diktator Ferdinand Marcos.

Ferdinand Marcos Jr diketahui pada hari Rabu (11/5) mengklaim kemenangan dalam pemilihan presiden Filipina.

Dengan penghitungan awal yang hampir selesai, Marcos Jr yang populer dengan panggilan “Bongbong” itu, telah mendapatkan lebih dari 56 persen suara dan lebih dari dua kali lipat hasil penghitungan suara saingan terkuatnya, Leni Robredo yang liberal.

Lewat juru bicaranya, Marcos Jr berjanji akan menjadi pemimpin “untuk semua orang Filipina”. Marcos Jr meminta agar masyarakat tidak menilainya dari tindakan yang telah dilakukan para leluhurnya. Namun, ia meminta untuk melihat apa yang telah diperbuatnya.
“Kepada dunia, dia berkata: Jangan menilai saya dari para leluhur saya, tetapi dari tindakan saya,” kata juru bicara Marcos Jr, Vic Rodriguez menyampaikan pernyataan Marcos Jr.

“Ini adalah kemenangan bagi semua orang Filipina, dan untuk demokrasi,” kata Rodriguez dalam pernyataannya seperti diberitakan kantor berita AFP, Rabu (11/5/2022).

“Kepada mereka yang memilih Bongbong, dan mereka yang tidak, itu adalah janjinya untuk menjadi Presiden bagi semua orang Filipina. Untuk mencari titik temu melintasi perbedaan politik, dan bekerja sama untuk menyatukan bangsa,” imbuhnya.
Baca juga:
Menangi Pilpres Filipina, Apa Makna Kebangkitan Dinasti Marcos?

Kemenangannya merupakan perubahan yang menakjubkan dalam nasib keluarga Marcos, yang telah dilengserkan dan kembali berkuasa setelah beberapa dekade.

Selama bertahun-tahun akun pro-Marcos telah membanjiri media sosial, membuat banyak anak muda Filipina percaya bahwa pemerintahan ayahnya dulu adalah periode emas perdamaian dan kemakmuran.

 

Dibayangi Kontroversi Sang Ayah

“Bongbong” adalah anak kedua dan anak laki satu-satunya dari keluarga Ferdinand Sr dan Imelda Marcos dan berusia delapan tahun ketika ayahnya pertama kali mencalonkan diri jadi presiden.

Setelah menjalani pendidikan di sekolah elit di Inggris, Bongbong menduduki jabatan politik pertama kali di usia 23 tahun dengan menjadi wakil gubernur di provinsi Ilocos Norte, beberapa tahun setelah ayahnya berkuasa.

Masing-masing anak keluarga Marcos diberi rumah mewah di Manila dan juga vila untuk liburan musim panas. Ketika korupsi keluarga Marcos terbongkar dan keluarganya harus menjalani pengasingan ketika ayahnya digulingkan di tahun 1986, mereka berhasil menjarah kekayaan negara senilai miliaran dolar.

Diketahui Ferdinand Marcos terpilih sebagai Presiden Filipina pada 1964. Selama dua dekade masa pemerintahannya, Marcos selalu menggaungkan ancaman komunis revolusioner dan menggunakannya untuk membenarkan aksinya mematikan media dan menangkap beberapa lawan politiknya. Di masa kepemimpinan Marcos, kronisme dan korupsi meluas. Miliaran uang negara disedot ke rekening pribadi Marcos di Swiss.
Baca juga:

Terpilihnya Marcos Jr Jadi Presiden Filipina dan Aksi Bersih-bersih Nama Si Ayah

Pada 1986, Marcos kembali terpilih menjadi Presiden Filipina. Namun pemilu yang diduga dipenuhi kecurangan, intimidasi, dan kekerasan ini menjadi titik klimaks bagi dirinya. Marcos akhirnya diturunkan dari jabatannya dalam Revolusi EDSA (Epifanio de los Santos Avenue) pada tahun yang sama. Bersama istrinya, Imelda, Marcos melarikan diri dari Filipina.

Marcos meninggal di pengasingannya di Hawaii pada 1989. Setelah ayahnya meninggal Bongbong kembali ke Filipina dan terjun ke dunia politik.

Aksi Bersih-bersih Nama Sang Ayah

Guru Besar Hubungan Internasional Universitas Indonesia (UI), Evi Fitriani, memberikan analisisnya terkait kemenangan Marcos Jr. Evi menyebut budaya politik di Filipina yang hanya dikuasai beberapa klan membuat Marcos Jr bisa memenangi pemilu.

“Jadi di Filipina itu political culture-nya itu sangat patron klien, mereka kan memang liberal, demokrasi, tapi sebetulnya kekuatan-kekuatan politik di Philippines. Jadi kekuatan politik itu berada di tangan klan-klan, keluarga-keluarga yang kuat, keluarga Marcos, keluarga Aquino,” kata Evi kepada wartawan Selasa (10/5/2022).

Evi menyebut sejumlah klan yang memiliki kekuasaan politik tersebut juga kuat secara finansial. Mereka disebut juga menguasai kongres hingga parlemen. Jadi, hal itu memudahkan Marcos Jr untuk berkuasa kembali di Filipina seperti ayahnya.

Menurut Evi, keluarga telah berupaya membersihkan nama Marcos. Pembersihan nama itu dilakukan melalui kampanye media sejak tahun 2000-an.

“Karena waktu itu walaupun Marcos sudah dijatuhkan, namanya jelak sekali, tapi karena keluarganya kuat tetap aja bisa, buktinya anaknya tetap muncul bahkan kalau saya baca di berita-berita itu ada semacam upaya untuk memperbaiki image yang buruk itu, jadi sejak tahun 2000-an itu ada semacam campaign upaya untuk memperbaiki image yang buruk itu, ini kalau dipakai keluarga Seoharto, bahaya kita,” jelasnya.

Evi kemudian menarik kasus ini dengan keluarga Soeharto. Dia menyebut upaya itu juga dilakukan oleh Hutomo Mandala Putra, atau yang lebih dikenal dengan nama Tommy Soeharto, yang mencoba kembali masuk ke dunia politik.

“Kalau kita buat perbandingannya dengan keluarga Soeharto ini terjadi juga sebenarnya, Tommy juga running ya kan, coba-coba masuk lagi. Ini bahaya kan, jadi akhirnya seakan-akan kesalahan masa lalu itu direkonstruksi ulang, ada historical changing, seakan-akan mengubah sejarah, jadi ya di-framing dengan medialah,” kata dia.

Lebih lanjut, kemenangan Marcos Jr pada Pilpres Filipina dinilai akibat dukungan di media sosial. Dalam kampanye di media sosial itu, Marcos Jr dinilai berupaya mengubah image ayahnya yang korup. (sumber detik.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.