INDONNESIANEWS-Dalam sebuah karya sastra yang berjudul Serat Kalathida, R,Ng. Ronggowarsito pernah meramal perihal jaman edan. Sebagian penggalan karya sastra tersebut berbunyi ‘ yen ra melu edan ora keduman, sak bejo bejone wong bejo, isih luwih bejo wong sing eling lan waspodo’. Diartikan jika tidak ikut edan maka kita tidak akan memperoleh bagian, namun seberuntung beruntungnya ora yang beruntung, masih lebih baik orang yang eling dan waspada.
Ramalan ini sesungguhnya adalah ajaran budi pekerti tuntunan hidup bagi kita semua, menyikapi jaman edan yang serba tidak menentu tiada kepastian. Jika di kaitkan dengan ramalan R.ng, Ronggowarsito, jaman sekarang memang jaman edan. Perilaku manusia seakan akan sudah hilang akal dan pikiranya. Moral masyarakat berada di dalam titik yang paling nadir, tiada yang bisa di lakukan, kecuali perubahan itu datang dari alam atas kehendak Sang Maha Kuasa.
Oleh karena itu menyikapi jaman seperti sekarang ini, hendaknya pendidikan budi pekerti jangan hanya di berikan di bangku sekolah, tetapi melalui sebuah kearifan lokal, masyarakat di tumbuhkan memiliki rasa kebersamaan, saling menghargai antar sesama mahkluk hidup, membangun sosial berdasarkan kekeluargaan, menanamkan budi pekerti kepada para generasi muda, serta mencontohkan nilai nilai luhur yang pernah di tinggalkan dari para pendahulu kepada generasi muda sekarang ini.
Kearifan lokal tercermin pada upacara’ Amerti Desa ‘ yang di lakukan oleh warga masyarakat Desa Tambak Karanganyar. Selama tiga hari warga menggelar serangkaian upacara bersih desa dalam rangka mengucapkan wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta kepada alam dan para leluhur.
Berbagai upacara kegiatan bersih desa di lakukan, diantaranya di punden, sumber mata air, candi dan beberapa tempat keramat yang menjadi petilasan para leluhur warga Desa Tambak. Pada puncak acara ‘Amerti Desa’ ,warga mengkirabkan wayang semar raksasa setinggi enam meter dari Candi Sukuh ke Desa Tambak. Kirab wayang semar yang di pimpin oleh Margono Prasetya, seorang dalang pemilik sanggar wayang gogon, sebagai upaya membangun budaya kearifan lokal.
‘ Amerti Desa sebagai upaya membangun budaya kearifan lokal, sekaligus meruwat nusantara menyingkirkan jaman edan.’ Tegas Margono .
Pria yang kerap di panggil Gogon ini menceritakan, Amerti Desa di lakukan bertepatan dengan acara adat rasullan milik warga Desa Tambak. Setiap tahun rasullan di lakukan oleh warga Desa Tambak. Pada saat acara tesebut di gelar, warga beramai ramai mendatangi makam para leluhur, ada yang di pemakaman umum, punden, candi dan tempat tempat keramat lainya.
‘Acara ini di lakukan sebagi bukti warga desa masih menjalin tali rasa dengan para leluhur mereka, sekaligus memohon ampun kepada Gusti Allah atas dosa para leluhur mereka, yang pernah ia lakukan selama masih hidup. ‘ Kata Gogon menguraikan makna dari acara rasulan
Pada saat acara rasulan dilaksanakan , warga juga menghaturkan rasa terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkah dan rahmatNya selama ini. Warga juga mengucapkan rasa syukur kepada alam semesta yang telah memberi mereka berkah sandang pangan dari hasil bumi, karena tiada lain semua yang mereka terima adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa. /jk
Komentar